Kamis, 29 Desember 2011

MUTU LAYANAN SEKOLAH MENENGAH ATAS


Unib warna










MUTU LAYANAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
(Studi Korelasi antara Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite dengan Mutu Layanan Sekolah Menengah Atas Negeri di Kecamatan Tebing Tinggi)

                                                   

ARTIKEL

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan





Oleh

Indra Oktaviro
NPM. A2k009247






PROGRAM STUDI
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011

Judul  :       MUTU LAYANAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
(Studi Korelasi antara Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite dengan Mutu Layanan Sekolah Menengah Atas Negeri di Kecamatan Tebing Tinggi)


Nama   :Indra Oktaviro/NPM. A2k009247
Prodi   : MMP UNIB



ABSTRACT

THE SCHOOL QUALITY SERVICES
(Studying The Correlation The Head Master Profesional Ability And The School  Committees Participation To The High School Quality Services In Tebing Tinggi District)
 

Idra Oktaviro

The objective of research is to find out the high school quality services as a studying the correlation between the head master professional ability and school committees participation to the high school quality services in Tebing Tinggi district at Empat Lawang region.  The population of the research were 23 teachers. The method of this research was survey by using correlation approach and the sample of this research was one hundred seven teachers and there were taken by using stratified proportional random sampling technique. The data were collected by using a set of questionnaires. The data were analyzed by using descriptive and inferential statistics. The results show that, there was a positive correlation between . The Head Masters Professional Ability to The High School Quality Services. Second, the was   a positive correlation between The School Commitees Participation to the High School Quality Services. Third, there was a positive correlation the head masters professional ability and the school commitees participation to the high school quality services. The coefficient of correlation were r.y.1 = 0,683. Second, the was positive correlation between teachers  satisfaction with the effectiveness of classroom management . The coefficient of correlation was r.y.2 = 0,345. Third, there was a positive correlation the head masters professional ability and the school commitees participation to the high school quality services. The coefficient of correlation was r.y.12= 0,1396.

Key words: The high quality services, the head masters profesional ability and the school committees participation.




A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Untuk melaksanakan tugas yang rumit dan banyak tersebut, diperlukan seorang kepala sekolah yang profesional. Satu hal yang perlu disadari bahwa menjadi kepala sekolah yang profesional merupakan satu hal yang tidak mudah. Banyak hal yang harus dipahami, dipelajari, maupun dikuasai, untuk itu diperlukan keahlian kepemimpinan. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sekolah yang efektif penuh tanggung jawab akan mampu melaksanakan tugas kepala sekolah dengan baik dan pada akhirnya mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebaliknya kepemimpinan yang tidak efektif akan menyebabkan tidak berhasilnya sebagian atau bahkan tugas kepala sekolah itu sendiri, dan akhirnya menyebabkan tidak tercapainya sebagian atau seluruh tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah merupakan personel pendidikan yang memiliki peran besar dalam mencapai keberhasilan pengelolaan sekolah. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang didalamnya termasuk pula kepribadian, keterampilan dalam menangani masalah yang timbul di sekolah, kemampuan dalam menjalin hubungan antar manusia serta gaya kepemimpinan situasional sangat menentukan dan memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas proses belajar mengajar di sekolah. Dalam hal ini keberhasilan kepala madrasah dalam memimpin madrasah tampak dari apa yang dikerjakannya. Hal ini penting untuk dikedepankan karena apa yang dikerjakan kepala sekolah melalui kebijaksanaan yang telah ditetapkan akan dipengaruhi kondisi fisik dan psikis guru dan karyawan lainnya.
Kepala sekolah sebagai pimpinan Sekolah memikul tanggung jawab yang amat besar untuk memenuhi harapan dari berbagai pihak yang terkait. Dengan mengemban tugas pokok Pendidikan Nasional, maka kepala sekolah dituntut untuk mampu mengarahkan, mengatur, memberi teladan anak buahnya untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Keberhasilan dan ketidakberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan sangat ditentukan oleh berhasil tidaknya kepala sekolah mengatur atau mengelola sekolah atau seluruh potensi sekolah agar berfungsi optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. Dengan demikian, Kepala sekolah bukan sekedar pelaksana atas berbagai kebijakan atasan, melainkan sebagai pemimpin profesional yang bertanggung jawab penuh dalam menjalankan manajemen sekolah demi tercapainya mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Sebesar 85% dari masalah perbaikan mutu adalah tanggung jawab manajemen. Kepemimpinan merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan sekolah agar mutu sekolah tetap terjaga dengan baik.
Mutu pelayanan pendidikan ditentukan oleh sekurang-kurangnya faktor sarana, prasarana, alat perlengkapan pembelajaran dan faktor guru. Faktor sarana prasarana dimaksud misalnya ruang belajar dan mebelnya yang memenuhi syarat. Alat perlengkapan pembelajaran yang digunakan gur seperti media belajar, alat peraga dan lainnya cukup tersedia. Sedang faktor kepala sekolah dan guru harus memiliki profesionalisme dan kesejahteraan yang cukup agar tidak berhati bimbang dalam mengelola sekolah dan mengajar. Apabila sudah terpenuhi, maka mutu pelayanan pendidikan akan dapat terimplementasikan yang tentunya siswa akan dapat menikmati proses pembelajaran yang menyenangkan.
2. Rumusan Masalah
Secara umum rumusan masalahnya adalah Apakah terdapat hubungan antara profesional kepala sekolah dan peran komite sekolah dengan mutu layanan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang?”. Rumuskan permasalahan secara khusus sebagai berikut; 1. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan professional kepala sekolah dengan mutu layanan SMA di kecamatan Tebing Tinggi? 2. Apakah terdapat hubungan antara peran komite sekolah dengan mutu layanan SMA di kecamatan Tebing Tinggi? ; dan 3. Apakah terdapat hubungan antara profesional kepala sekolah dan peran komite sekolah dengan mutu layanan SMA di kecamatan Tebing Tinggi?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. untuk mengetahui hubungan kemampuan profesional kepala sekolah dengan mutu layanan SMA di Kecamatan Tebing Tinggi; 2. Untuk mengetahui hubungan peran komite sekolah dengan mutu layanan SMA di Kecamatan Tebing Tinggi; dan 3. Untuk mengetahui mengetahui kemampuan professional kepala sekolah dan peran komite sekolah dengan mutu layanan SMA di Kecamatan Tebing Tinggi.
B. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan hubungan (korelasi) antara  kemampuan professional kepala sekolah dan partisipasi komite sekolah dengan mutu layanan Sekolah Menengah Atas (SMA). Berpedoman pada tujuan maka metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode yang menggambarkan apa yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta atau kejadian-kejadian pada objek yang diteliti, untuk kemudian diolah menjadi data dan selanjutnya dilakukan suatu analisis sehingga pada akhirnya dihasilkan suatu kesimpulan
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dipilih secara purposive sampling atau berdasarkan tujuan. Menurut  Sukardi (2004: 64) teknik purposive sampling digunakan untuk menentukan seseorang menjadi sampel atau tidak yang didasarkan pada tujuan tertentu.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket, dan dokumentasi.
4. Teknik Analisis Data
Analisis terhadap data yang terkumpul berkaitan dengan sistem penerimaan siswa baru sekolah unggul dilakukan dengan analisis kuanlitatif deskriptif melalui model interaktif yang dikembangkan Milles dan Huberman (1984: 23).

C. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil penelitian
Hubungan antara dua variabel bebas yaitu Kemampuan Profesional Kepala Sekolah (X1) dan Partisipasi Komite (X2) dengan satu variabel terikat yaitu Mutu Layanan Sekolah (Y) yang dianalisis dengan menggunakan Pearson Product Moment menghasilkan sejumlah koefisien korelasi yaitu ry.1, ry.2, dan ry12.
     Koefisien korelasi ry.1 adalah  0,683 untuk variabel (X1) dengan variabel (Y), korelasi kedua variabel menunjukkan hasil yang signifikan. Akan tetapi Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dalam meningkatkan Mutu Layanan Sekolah hanya sebesar  46,7%.
     Koefisien korelasi ry.2 adalah 0,316 untuk variabel (X2) dengan variabel (Y), korelasi kedua variabel menunjukkan hasil yang signifikan. Akan tetapi Partisipasi Komite dalam meningkatkan Mutu Layanan Sekolah hanya sebesar 9,99%.
     Koefisien korelasi  ry12 adalah 0,5413 untuk variabel (X1) dan variabel (X2) secara bersama-sama dengan variabel (Y), korelasi ketiga variabel menunjukkan hasil yang signifikan. Akan tetapi Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite secara bersama-sama dalam meningkatkan Mutu Layanan Sekolah sebesar 8,59%.
     Hasil perhitungan masing-masing variabel bebas tersebut, Kemampuan Profesional Kepala Sekolah yang ditampilkan oleh guru SMA Negeri Kota Bengkulu dalam menjalankan tugasnya untuk menciptakan Mutu Layanan Sekolah tidak terlalu besar, bila hasil korelasi hanya 46,7%. Hal ini berarti, bahwa Mutu Layanan Sekolah tidak selalu tergantung dengan Kemampuan Profesional Kepala Sekolah. Demikian juga sumbangan Partisipasi Komite terhadap Mutu Layanan Sekolah hanya sebesar 9,99%, artinya juga bahwa Mutu Layanan Sekolah tidak selalu tergantung dengan Partisipasi Komite.
     Hasil korelasi secara bersama-sama kedua variabel bebas (X1 dan X2) dengan variabel (Y) adalah r y1.2 = 0,5413. Hasil pengujian koefisien korelasi kedua variabel bebas dengan variabel terikat adalah signifikan. Dari hasil korelasi, setelah dihitung korelasi determinasinya diperoleh hasil sebesar 54,13 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite secara bersama-sama tidak terlalu besar signifikansinya.
     Meskipun demikian, sekecil apapun  sumbangan Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite terhadap Mutu Layanan Sekolah tetap diperlukan dan perlu terus ditingkatkan. Bila dalam kajian penelian yang dilakukan oleh Sijde dalam Shalahuddin (2005: 106)  dinyatakan bahwa iklim sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa dan tingkah  laku siswa, maka dari penelitian ini ternyata iklim sekolah juga mempengaruhi Mutu Layanan Sekolah walaupun relatif kecil. Dengan demikian maka penciptaan iklim sekolah yang kondusif menjadi suatu kondisi yang harus terjadi agar siswa dan guru dapat secara optimal mengembangkan potensi dirinya, sehingga kualitas pendidikan yang dicita-citakan menjadi suatu kenyataan.Sementara itu dalam kajian penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2005:94) menyatakan bahwa  Mutu Layanan Sekolah dapat ditingkatkan dengan cara meningkakan disiplin dan motivasi kerja guru tersebut dalam mengembangkan program kerjanya. Dengan demikian peningkatan  kerja guru antara lain dengan melibatkan guru dalam membuat suatu keputusan, dibiasakan untuk ikut bertanggung jawab atas segala bentuk hasil kerjanya, menciptakan iklim kerja yang harmonis, menghindari perilaku sikap negatif dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.Menurut hasil penelitian Ruslili (2005: 115) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara penilaian guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama dengan Mutu Layanan Sekolah. Dengan demikian, makin tinggi penilaian guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru maka makin tinggi Mutu Layanan Sekolah.
Dengan demikian Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite sangat berhubungan dengan upaya penciptaan dan pengembangan Mutu Layanan Sekolah, hubungan tersebut baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.

D. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara Kemampuan professional Kepala Sekolah dengan Mutu Layanan Sekolah. Keduanya berjalan dengan stimultan. Artinya semakin professional Kepala Sekolah maka Mutu Layanan Sekolah akan semakin Baik dan memuaskan pemakai layanan sekolah; 2.   Terdapat hubungan yang signifikan antara Partisipasi Komite sekolah dengan Mutu layanan Sekolah. Keduanya berjalan dengan stimultan. Artinya semakin kondusif partisipasi Komite Sekolah maka Mutu Layanan Sekolah akan semakin Baik dan memuaskan pemakai layanan sekolah; dan 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara Kemampuan Profesional Kepala sekolah dan Mutu Layanan Sekolah secara bersama-sama dengan Mutu Layanan Sekolah.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka ada beberapa saran yang perlu diperhatikan, yaitu 1. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa mutu layanan sekolah dapat ditingkatkan apabila kemampuan professional kepala sekolah baik. Disamping itu mutu layanan sekolah juga akan meningkat apabila peranan komite dalam berpartisipasi membantu pengembangan sekolah memperhatikan kesejahteraan guru. Hasil penelitian ini mengisyaratkan supaya pimpinan sekolah dan guru memilki kerjasama dengan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang berorientasi peningkatan mutu layanan pendidikan; dan 2. Data penelitian memperlihatkan masih banyak profesionalisme kepala sekolah dan komite sekolah rendah .Hal ini menunjukan bahwa sadar atau tidak sadar masih banyak kepala sekolah, guru memikisikap yang bertentangan dengan manfaaf mutu layanan sekolah dan kemampuan professional kepala sekolah serta peran komite sekolah




DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Depdiknas. 2007. Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. www.puskur.net/inc/si/PedSMBI.pdf

Kasan, Tholib. 2003. Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan. Jakarta : Studia Press

Milles, Mattehew B dan Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI Press

Moko, Murdiyat. 1997. IN: SM - Sekolah Unggul Cetak Pribadi Elitis?. Suara Merdeka. http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata /1997/03/17 /0076.

Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara


Sulipan. 2007. Manajemen Sekolah. TEDC Bandung. http://www.geocities.com/pengembangan_sekolah/kumpulan1.html

Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. www.depdiknas.go.id/publikasi/ brief/94-95-sis_diknas.htm


Orang Melayu dan budaya yang kurang baik

Orang Melayu dan budaya yang kurang baik

Penelitian tentang orang melayu yang berada di semenanjung malaya, singapura dan bsgisn utara Kalimantan Mahatir Muhammad kapan dan tempat lupa, seingat saya saya baca dari sebuah media juga lupa apa koran, majalah, yang jelas media tulisan.
  1. Orang Melayu suka tidur siang. apalagi sa'at segalanya berada pada kondisi cukup. contoh : saat menjual kelapa sawit dengan harga Rp 1000/KG sebanyak 1 Ton berarti uang yang dimiliki sebanyak Rp 1.000.000 kondisi inilah yang membuat ia tidur siang. semua kebutuhan utama untuk rumah tangga anak dan lain-lain cukup, andai sa'at tidur siang digunakan untuk merawat aset. atau membantu teman memanen sawitnya. setidaknya incomenya bertambah lebih dari satu juta rupiah dan Ia bisa menabung sa'at nya yang tepat tentu sedikit demi sedikit menambah aset kelapa sawit yang ia miliki.
  2. Orang Melayu bersedekah pada karena terpaksa. Contoh 1 : tidak ada rencana untuk bersedekah, tiba-tiba salah satu orang tua mereka meninggal karena serangan jantung pada malam harinya. esok hari sibuk dirumah mereka untuk persiapan persedekahan dengan menguras biaya yang lumayan banyak.Contoh 2 : Sedekah yang dilakukan karena membayar nazar, janji, semua karena terpaksa, bukan karena ikhlas.sehingga berkesan egois.
  3. Orang Melayu berpola hidup aneh, contoh : seorang ahli hukum bergelar SH (Sarjana Hukum) pekerjaan Pengacara, punya pendapatan baik secara ekonomi, punya mobil dan rumah mewah, rekening tabungan yang banyak, berpengetahuan dan berwawasan luas, memiliki pergaulan dari berbagai lapisan masyarakat, punya teman dari kalangan pengusaha dan pejabat, dan berpikir sangat logis, ternyata masih melakukan ritual bertarak (tidur dikuburan yang dikramatkan untuk mendapat wangsit dan sejenisnya) untuk membeli nomor togel (undian berhadiah). ritual atau upacara yang tidak sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dianut

Kamis, 03 November 2011

(QS Ibrahim : 42)

Dan janganlah engkau mengira bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.
(QS Ibrahim : 42)

(QS. An Naml : 19)

...ya Tuhan ku, anugrahkanlah aku Ilham untuk tetap mensukuri nikmat_Mu yang telah Engkau anugrahkan padaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridho'i dan masukkanlah akudengan rahmad_Mu ke dalam golongan hsmba_Mu yang saleh
(QS. An Naml : 19)

WISUDA

Saya dan Keluarga
Saya dan teman Rumiyadi dan Murnianto

Jumat, 08 Juli 2011

MUTU LAYANAN SEKOLAH MENENGAH ATAS








MUTU LAYANAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
(Studi Korelasi antara Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite dengan Mutu Layanan Sekolah Menengah Atas Negeri di Kecamatan Tebing Tinggi)

                                                   

ARTIKEL

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan





Oleh

Indra Oktaviro
NPM. A2k009247






PROGRAM STUDI
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011

Judul  :       MUTU LAYANAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
(Studi Korelasi antara Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite dengan Mutu Layanan Sekolah Menengah Atas Negeri di Kecamatan Tebing Tinggi)


Nama   :Indra Oktaviro/NPM. A2k009247
Prodi   : MMP UNIB



ABSTRACT

THE SCHOOL QUALITY SERVICES
(Studying The Correlation The Head Master Profesional Ability And The School  Committees Participation To The High School Quality Services In Tebing Tinggi District)
 

Idra Oktaviro

The objective of research is to find out the high school quality services as a studying the correlation between the head master professional ability and school committees participation to the high school quality services in Tebing Tinggi district at Empat Lawang region.  The population of the research were 23 teachers. The method of this research was survey by using correlation approach and the sample of this research was one hundred seven teachers and there were taken by using stratified proportional random sampling technique. The data were collected by using a set of questionnaires. The data were analyzed by using descriptive and inferential statistics. The results show that, there was a positive correlation between . The Head Masters Professional Ability to The High School Quality Services. Second, the was   a positive correlation between The School Commitees Participation to the High School Quality Services. Third, there was a positive correlation the head masters professional ability and the school commitees participation to the high school quality services. The coefficient of correlation were r.y.1 = 0,683. Second, the was positive correlation between teachers  satisfaction with the effectiveness of classroom management . The coefficient of correlation was r.y.2 = 0,345. Third, there was a positive correlation the head masters professional ability and the school commitees participation to the high school quality services. The coefficient of correlation was r.y.12= 0,1396.

Key words: The high quality services, the head masters profesional ability and the school committees participation.




A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Untuk melaksanakan tugas yang rumit dan banyak tersebut, diperlukan seorang kepala sekolah yang profesional. Satu hal yang perlu disadari bahwa menjadi kepala sekolah yang profesional merupakan satu hal yang tidak mudah. Banyak hal yang harus dipahami, dipelajari, maupun dikuasai, untuk itu diperlukan keahlian kepemimpinan. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sekolah yang efektif penuh tanggung jawab akan mampu melaksanakan tugas kepala sekolah dengan baik dan pada akhirnya mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebaliknya kepemimpinan yang tidak efektif akan menyebabkan tidak berhasilnya sebagian atau bahkan tugas kepala sekolah itu sendiri, dan akhirnya menyebabkan tidak tercapainya sebagian atau seluruh tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah merupakan personel pendidikan yang memiliki peran besar dalam mencapai keberhasilan pengelolaan sekolah. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang didalamnya termasuk pula kepribadian, keterampilan dalam menangani masalah yang timbul di sekolah, kemampuan dalam menjalin hubungan antar manusia serta gaya kepemimpinan situasional sangat menentukan dan memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas proses belajar mengajar di sekolah. Dalam hal ini keberhasilan kepala madrasah dalam memimpin madrasah tampak dari apa yang dikerjakannya. Hal ini penting untuk dikedepankan karena apa yang dikerjakan kepala sekolah melalui kebijaksanaan yang telah ditetapkan akan dipengaruhi kondisi fisik dan psikis guru dan karyawan lainnya.
Kepala sekolah sebagai pimpinan Sekolah memikul tanggung jawab yang amat besar untuk memenuhi harapan dari berbagai pihak yang terkait. Dengan mengemban tugas pokok Pendidikan Nasional, maka kepala sekolah dituntut untuk mampu mengarahkan, mengatur, memberi teladan anak buahnya untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Keberhasilan dan ketidakberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan sangat ditentukan oleh berhasil tidaknya kepala sekolah mengatur atau mengelola sekolah atau seluruh potensi sekolah agar berfungsi optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. Dengan demikian, Kepala sekolah bukan sekedar pelaksana atas berbagai kebijakan atasan, melainkan sebagai pemimpin profesional yang bertanggung jawab penuh dalam menjalankan manajemen sekolah demi tercapainya mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Sebesar 85% dari masalah perbaikan mutu adalah tanggung jawab manajemen. Kepemimpinan merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan sekolah agar mutu sekolah tetap terjaga dengan baik.
Mutu pelayanan pendidikan ditentukan oleh sekurang-kurangnya faktor sarana, prasarana, alat perlengkapan pembelajaran dan faktor guru. Faktor sarana prasarana dimaksud misalnya ruang belajar dan mebelnya yang memenuhi syarat. Alat perlengkapan pembelajaran yang digunakan gur seperti media belajar, alat peraga dan lainnya cukup tersedia. Sedang faktor kepala sekolah dan guru harus memiliki profesionalisme dan kesejahteraan yang cukup agar tidak berhati bimbang dalam mengelola sekolah dan mengajar. Apabila sudah terpenuhi, maka mutu pelayanan pendidikan akan dapat terimplementasikan yang tentunya siswa akan dapat menikmati proses pembelajaran yang menyenangkan.
2. Rumusan Masalah
Secara umum rumusan masalahnya adalah Apakah terdapat hubungan antara profesional kepala sekolah dan peran komite sekolah dengan mutu layanan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang?”. Rumuskan permasalahan secara khusus sebagai berikut; 1. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan professional kepala sekolah dengan mutu layanan SMA di kecamatan Tebing Tinggi? 2. Apakah terdapat hubungan antara peran komite sekolah dengan mutu layanan SMA di kecamatan Tebing Tinggi? ; dan 3. Apakah terdapat hubungan antara profesional kepala sekolah dan peran komite sekolah dengan mutu layanan SMA di kecamatan Tebing Tinggi?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. untuk mengetahui hubungan kemampuan profesional kepala sekolah dengan mutu layanan SMA di Kecamatan Tebing Tinggi; 2. Untuk mengetahui hubungan peran komite sekolah dengan mutu layanan SMA di Kecamatan Tebing Tinggi; dan 3. Untuk mengetahui mengetahui kemampuan professional kepala sekolah dan peran komite sekolah dengan mutu layanan SMA di Kecamatan Tebing Tinggi.
B. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan hubungan (korelasi) antara  kemampuan professional kepala sekolah dan partisipasi komite sekolah dengan mutu layanan Sekolah Menengah Atas (SMA). Berpedoman pada tujuan maka metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode yang menggambarkan apa yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta atau kejadian-kejadian pada objek yang diteliti, untuk kemudian diolah menjadi data dan selanjutnya dilakukan suatu analisis sehingga pada akhirnya dihasilkan suatu kesimpulan
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dipilih secara purposive sampling atau berdasarkan tujuan. Menurut  Sukardi (2004: 64) teknik purposive sampling digunakan untuk menentukan seseorang menjadi sampel atau tidak yang didasarkan pada tujuan tertentu.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket, dan dokumentasi.
4. Teknik Analisis Data
Analisis terhadap data yang terkumpul berkaitan dengan sistem penerimaan siswa baru sekolah unggul dilakukan dengan analisis kuanlitatif deskriptif melalui model interaktif yang dikembangkan Milles dan Huberman (1984: 23).

C. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil penelitian
Hubungan antara dua variabel bebas yaitu Kemampuan Profesional Kepala Sekolah (X1) dan Partisipasi Komite (X2) dengan satu variabel terikat yaitu Mutu Layanan Sekolah (Y) yang dianalisis dengan menggunakan Pearson Product Moment menghasilkan sejumlah koefisien korelasi yaitu ry.1, ry.2, dan ry12.
     Koefisien korelasi ry.1 adalah  0,683 untuk variabel (X1) dengan variabel (Y), korelasi kedua variabel menunjukkan hasil yang signifikan. Akan tetapi Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dalam meningkatkan Mutu Layanan Sekolah hanya sebesar  46,7%.
     Koefisien korelasi ry.2 adalah 0,316 untuk variabel (X2) dengan variabel (Y), korelasi kedua variabel menunjukkan hasil yang signifikan. Akan tetapi Partisipasi Komite dalam meningkatkan Mutu Layanan Sekolah hanya sebesar 9,99%.
     Koefisien korelasi  ry12 adalah 0,5413 untuk variabel (X1) dan variabel (X2) secara bersama-sama dengan variabel (Y), korelasi ketiga variabel menunjukkan hasil yang signifikan. Akan tetapi Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite secara bersama-sama dalam meningkatkan Mutu Layanan Sekolah sebesar 8,59%.
     Hasil perhitungan masing-masing variabel bebas tersebut, Kemampuan Profesional Kepala Sekolah yang ditampilkan oleh guru SMA Negeri Kota Bengkulu dalam menjalankan tugasnya untuk menciptakan Mutu Layanan Sekolah tidak terlalu besar, bila hasil korelasi hanya 46,7%. Hal ini berarti, bahwa Mutu Layanan Sekolah tidak selalu tergantung dengan Kemampuan Profesional Kepala Sekolah. Demikian juga sumbangan Partisipasi Komite terhadap Mutu Layanan Sekolah hanya sebesar 9,99%, artinya juga bahwa Mutu Layanan Sekolah tidak selalu tergantung dengan Partisipasi Komite.
     Hasil korelasi secara bersama-sama kedua variabel bebas (X1 dan X2) dengan variabel (Y) adalah r y1.2 = 0,5413. Hasil pengujian koefisien korelasi kedua variabel bebas dengan variabel terikat adalah signifikan. Dari hasil korelasi, setelah dihitung korelasi determinasinya diperoleh hasil sebesar 54,13 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite secara bersama-sama tidak terlalu besar signifikansinya.
     Meskipun demikian, sekecil apapun  sumbangan Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite terhadap Mutu Layanan Sekolah tetap diperlukan dan perlu terus ditingkatkan. Bila dalam kajian penelian yang dilakukan oleh Sijde dalam Shalahuddin (2005: 106)  dinyatakan bahwa iklim sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa dan tingkah  laku siswa, maka dari penelitian ini ternyata iklim sekolah juga mempengaruhi Mutu Layanan Sekolah walaupun relatif kecil. Dengan demikian maka penciptaan iklim sekolah yang kondusif menjadi suatu kondisi yang harus terjadi agar siswa dan guru dapat secara optimal mengembangkan potensi dirinya, sehingga kualitas pendidikan yang dicita-citakan menjadi suatu kenyataan.Sementara itu dalam kajian penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2005:94) menyatakan bahwa  Mutu Layanan Sekolah dapat ditingkatkan dengan cara meningkakan disiplin dan motivasi kerja guru tersebut dalam mengembangkan program kerjanya. Dengan demikian peningkatan  kerja guru antara lain dengan melibatkan guru dalam membuat suatu keputusan, dibiasakan untuk ikut bertanggung jawab atas segala bentuk hasil kerjanya, menciptakan iklim kerja yang harmonis, menghindari perilaku sikap negatif dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.Menurut hasil penelitian Ruslili (2005: 115) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara penilaian guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama dengan Mutu Layanan Sekolah. Dengan demikian, makin tinggi penilaian guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru maka makin tinggi Mutu Layanan Sekolah.
Dengan demikian Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite sangat berhubungan dengan upaya penciptaan dan pengembangan Mutu Layanan Sekolah, hubungan tersebut baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.

D. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara Kemampuan professional Kepala Sekolah dengan Mutu Layanan Sekolah. Keduanya berjalan dengan stimultan. Artinya semakin professional Kepala Sekolah maka Mutu Layanan Sekolah akan semakin Baik dan memuaskan pemakai layanan sekolah; 2.   Terdapat hubungan yang signifikan antara Partisipasi Komite sekolah dengan Mutu layanan Sekolah. Keduanya berjalan dengan stimultan. Artinya semakin kondusif partisipasi Komite Sekolah maka Mutu Layanan Sekolah akan semakin Baik dan memuaskan pemakai layanan sekolah; dan 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara Kemampuan Profesional Kepala sekolah dan Mutu Layanan Sekolah secara bersama-sama dengan Mutu Layanan Sekolah.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka ada beberapa saran yang perlu diperhatikan, yaitu 1. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa mutu layanan sekolah dapat ditingkatkan apabila kemampuan professional kepala sekolah baik. Disamping itu mutu layanan sekolah juga akan meningkat apabila peranan komite dalam berpartisipasi membantu pengembangan sekolah memperhatikan kesejahteraan guru. Hasil penelitian ini mengisyaratkan supaya pimpinan sekolah dan guru memilki kerjasama dengan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang berorientasi peningkatan mutu layanan pendidikan; dan 2. Data penelitian memperlihatkan masih banyak profesionalisme kepala sekolah dan komite sekolah rendah .Hal ini menunjukan bahwa sadar atau tidak sadar masih banyak kepala sekolah, guru memikisikap yang bertentangan dengan manfaaf mutu layanan sekolah dan kemampuan professional kepala sekolah serta peran komite sekolah




DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Depdiknas. 2007. Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. www.puskur.net/inc/si/PedSMBI.pdf

Kasan, Tholib. 2003. Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan. Jakarta : Studia Press

Milles, Mattehew B dan Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI Press

Moko, Murdiyat. 1997. IN: SM - Sekolah Unggul Cetak Pribadi Elitis?. Suara Merdeka. http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata /1997/03/17 /0076.

Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara


Sulipan. 2007. Manajemen Sekolah. TEDC Bandung. http://www.geocities.com/pengembangan_sekolah/kumpulan1.html

Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. www.depdiknas.go.id/publikasi/ brief/94-95-sis_diknas.htm


Kamis, 02 Juni 2011

KERANGKA TEORITIS

DIBUTUHKAN: SEBUAH KERANGKA TEORITIS

Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual.
Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran tentang perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas, serta beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para guru.
DIBUTUHKAN: SEBUAH TEORI PEMBELAJARAN
Berdasarkan penelitian selama beberapa tahun terakhir, cukup jelas bagi saya ( Jerome S.Bruner), bahwa dari segi psikologis dan dari desain kurikulum itu sendiri, sangatlah minim dibahas tentang teori pembelajaran. Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh, pada saat membahas tentang teori perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya terhadap tantangan sosial dan bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan dialami anak ketika berada di masyarakat. Masih banyak contoh-contoh lain, bagaimana sebuah teori pembelajaran tidak menyentuh aspek sosial dari murud, dan hal ini merupakan bentuk pembodohan secara intelektual dan tidak memiliki tangungjawab moral.
Dari permasalahan di atas, kita menyadari bahwa, sebuah teori pembelajaran sebaiknya juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang bagaimana caranya ia memperoleh pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Akan hal itu, mari kita susun beberapa teorema yang memungkinkan, yang mungkin akan membawa kita kepada sebuah teori pembelajaran yang baik.
ELEMENT-ELEMENT DARI SEBUAH TEORI
Apa yang dimaksud dengan teori pembelajaran? Saya akan mencoba menguraikan beberapa teorema untuk memisahkan apa yang kita maksud dengan teori pembelajaran dari teori-teori yang sudah ada selama ini. Hal pertama yang akan saya sampaikan bahwa nature dari teori pembelajaran adalah prescriptive, bukan deskriptif. Teori tersebut memiliki tujuan untuk menghasilkan akhir yang luar biasa dan proses menghasilkannya melalui cara yang kita sebut optimal. Itu bukan sebuah deskripsi tentang apa yang terjadi saat proses belajar terjadi-itu adalah sesuatu yang normatif, yang memberikan sesuatu yang mengena pada dirimu, dan pada akhirnya, harus memberikan suatu catatan mengenai dirimu pada saat kamu memberikan pembelajaran di dalam kelas. Namun faktanya, banyak orang yang terlibat di dalam dunia pendidikan berasumsi bahwa mereka dapat mengandalkan jenis-jenis teori yang lain selain teori pembelajaran. Sebagai contoh, saya menemukan bahwa ketergantungan para pendidik terhadap teori belajar sangat besar, padahal yang menjadi masalah adalah teori belajar bukan teoeri pembelajaran. Teori belajar adalah teori yang mendeskripsikan apa yang sedang terjadi saat proses belajar berlangsung dan kapan proses belajar tersebut berlangung.
Tidak ada batasan yang jelas, bagaimana seseorang yang mengandalkan teori belajar dapat mengambil intisari yang tepat yang akan membimbing dia pada saat menyusun kurikulum. Ketika saya mengatakan bahwa teori pembelajaran itu prescriptive, yang saya maksud adalah suatu yang ada sebelum adanya fakta. Itu adalah sesuatu yang ada sebelum proses belajar terjadi, bukan ketika, dan bukan setelahnya.
Teori pembelajaran harus mampu menghubungkan antara hal yang ada sekarang dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun teori pembelajaran ’hanya’ membimbing apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut.
Ada 4 hal yang terkait dengan teori pembelajaran:
1. teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa terdapat banyak kecenderungan cara belajar siswa, dan kecenderungan ini sudah dimiliki siswa jauh sebelum ia masuk ke sekolah.
2. teori ini juga terkait dengan adanya struktur pengetahuan. Ada 3 hal yang terkait dengan struktur pengetahuan:
a. struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan suatu informasi yang sangat luas
b. struktur tersebut harus mampu membawa siswa kepada hal-hal yang baru, melebihi informasi yang anda jelaskan
c. struktur pengetahuan harus mampu meluaskan cakrawala berpikir siswa, mengkombinasikannya dengan ilmu-ilmu lain.
3. teori pembelajaran juga terkait dengan hubungan yang optimal. Seorang guru harus mampu mencari hubungan yang mudah tentang sesuatu yang akan diajarkan agar murid lebih mudah menangkap informasi tersebut.
4. yang terakhir, teori pembelajaran terkait dengan penghargaan dan hukuman.

KECENDERUNGAN
Apa yang dapat kita katakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi siswa untuk belajar? Marilah kita mulai dengan gambaran sederhana berikut ini:
untuk memecahkan suatu soal atau masalah, diperlukan alternatif-alternatif jawaban akan permasalahan tersebut, dan seorang siswa harus punya keberanian dan kemampuan untuk mengeksplor alternatif-alternatif tersebut.
Apabila kamu membahas gambaran ini sebagai salah satu kecenderungan, maka ada 3 hal yang langsung dapat dikatakan. Yang pertama adalah, apabila terdapat kasus demikian, maka proses belajar dengan kehadiran guru atau tutor atau instruktur dapat meminiminalisir resiko yang ada dari proses pengeksploran alternatif tersebut. Alasan lainnya adalah bahwa guru atau orang tua dapat membantu mengatasi rasa takut untuk menjadi bodoh. Mereka dapat memberikan kekuatan kepada siswa untuk terus berani mengeksplor alternatif-alternatif yang ada.
Hal kedua yang terkait dengan gambaran di atas adalah bahwa guru harus mampu terbuka terhadap kesalahan murid. Maksudnya adalah seorang guru sebaiknya jangan langsung mengatakan bahwa jawaban dari murid itu salah, melainkan dapat mengarahkan bahwa jawabannya tersebut tetap betul namun merupakan jawaban dari permasalahan yang lain. Hal tersebut dapat membantu menghindarkan murid dari keraguan akan membuat jawaban yang salah, sehingga ia akan terus berani mengeksplor alternatif-alternatif yang lain.
Hal terakhir yang berhubungan dengan gagasan di atas adalah anda sebagai guru harus berani bersikap ’subversif’. Maksudnya adalah harus melawan segala bentuk pemaksaan yang sudah ada sebelumnya terhadap alternatif-alternatif jawaban. Jangan takut untuk ’mengatakan hal yang kurang manis’. Apabila anda tidak melakukan hal ini, maka anda akan membuat siswa anda menjadi murid yang tidak adil, demikian pula anda menjadi guru yang tidak adil. Tentu saja hal ini harus dilakukan dengan sikap skeptis yang sehat dan sesuai jalur yang ada.
Pada saat kita membahas suatu kecenderungan belajar para siswa, maka yang harus kita tanamakan dalam pikiran kita sebagai guru adalah bahwa hubungan kita dengan para murid adalah suatu hubungan istimewa yang melibatkan kekuasaan dan arah tujuan. Dan pertukaran antara keduanya sangat mungkin dilakukan. Kita dapat menggunakan ’kekuasaan, kita sebagai guru untuk menjadikan ’tempat’ yang aman bagi para murid untuk mengungkapkan hal-hal yang benar dan salah. Sangatlah mudah bagi kita untuk mengeksplor alternatif jawaban dari murid apabila murid tersebut sudah mempercayai kita sebagai gurunya.
Hal lain yang juga terkait dengna kecenderungan belajar para siswa, adalah adanya perbedaan latar belakang sosial yang berbeda-beda. Dari situ dapat diketahui bahwa kemampuan tiap murid juga berbeda-beda. Karena itu seorang guru harus mampu ’menyamakan’ terlebih dahulu kemampuan dasar mereka, lewat kemampuan-kemampuan dasar, seperti melalui kata-kata. Seorang guru harus mampu memberikan pengantar yang jelas kepada murid sebelum ia masuk ke dalam subyek yang akan diajarkan. Karena apabila murid tidak menguasai dasarnya, maka segala yang sudah diterangkan guru akan menjadi sia-sia.
Yang juga harus diperhatikan guru adalah kemampuan geometrik tiap murid berbeda-beda. Murid di amerika dapat dengan mudah menyusun obyek-obyek geometri dan kemudian memisahkannya kembali, karena mereka memiliki mainan atau dapat melihat dengan mudah obyek-obyek geometri di sekitar mereka. Namun bagamana dengan murid-murid di Afrika? Karena itu kemampuan geometri juga merupakan kemampuan dasar, selain kemampuan bahasa, yang penting ditransfer oleh seorang guru kepada murid.
Hal terakhir yang juga terkait dengan kecenderungan belajar para siswa adalah sikap seoarng siswa terhadap apa yang sudah tertanam di dalam pikirannya. Sebagai contoh misalnya siswa yang berasala dari masayarakat ekonomi lemah pasti memiliki semacam prinsip bahwa segala sesuatunya dikaitkan dengan keberuntunga, orang yang tadinya miskin lalu bisa berhasil pasti karena beruntung, tidak ada hubungannya dengan kemampuan intelejensinya. Hal-hal seperti ini yang harus ada hadapi sebagai seorang guru bagaimana caranya mengarahkan mindset tersebut agar seorang anak memiliki kecenderungan yang kuat untuk meningkatkan kemampuan belajarnya.

STRUKTUR PENGETAHUAN
Sekarang marilah kita membahas mengenai struktur pengetahuan. Hal tersebut berkaitan dengan kapasitas kemampuan siswa. Hal pertama yang terkait dengan teorema ini adalah teori komputasi yang diperkenalkan oleh Turing. Turing mengatakan bahwa permasalahan yang dapat dipecahkan, dapat dipecahkan lewat cara-cara yang sederhana. Bagaimanapun kompleksnya suatu masalah, kita dapat memecahkannya ke dalam kelompok-kelompok sederhana dan akhirnya menemukan jawaban-jawaban yang sederhana pula yang dapat dicerna dengan mudah oleh para siswa.
Selanjutnya, secara umum pengetahuan dapat dikelompokkan ke dalam 3 bentuk:
1. enactive representation
cobalah tanya seseorang bagaimana caranya ia bisa mengendarai sepeda. Ia bisa bersepda karena ia melakukannya bukan? Inilah yang dimaksud dengan enactive representation, murid mengetahui sesuatu lewat hal yang ia lakukan sendiri.
2. ikonic representation
bentuk ini digunakan misalnya untuk menjelaskan tentang bilangan persegi. Akan lebih menunjukkannya kepada murid lewat ikon. Misalnya lima persegi akan lebih mudah ditangkap murid dengan ikon 52.
3. simbolic representation
bentuk ini digunakan untuk menjelaskan sesuatu lewat gambar.
Tugas dasar seorang guru adalah mengarahkan seorang murid untuk dapat menggabungkan 3 bentuk pengetahuan ini.

HUBUNGAN YANG OPTIMAL
Dalam menjelaskan suatu permasalahan, seorang guru sebaiknya mampu mencari hubungan-hubungan yang menarik tentang topik yang diajarkan sehingga murid akan lebih mengerti apa yang sedang diajarkan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
1. coba arahkan murid untuk mengambil intisari dari berbagai contoh yang anda jabarkan. Berikan penjabaran yang luas dan biarkan murid memahami sendiri apa yang akan di atangkap dari contoh yang luas tersebut. Berikan keleluasaan pada murid untuk mentransfer ilmunya sendiri.
2. gunakan hubungan yang berlawanan dalam menjelaskan topik anda. Biasanya murid akan lebih memehami sesuatu setelah mengetahui hal-hal yang berlawan dengan sesuatu tersebut.
3. hindari simbolisasi prematur. Jangan paksakan suatu kosakata baru terhadap murid, sebelum murid tersebut dapat membayangkannya.
4. berikan kesempatan kepada murid untuk berlatih ’berjalan satu langkah kemudian meloncat ke langkah raksasa’
5. revisiting. Maksudnya adalah menghubungkan apa sedang kita pelajari sekarang dengan apa yang telah terlebih dahulu kita pelajari dan apa yang kita telah ketahui.

PENGHARGAAN DAN HUKUMAN
Yang terjadi selama ini adalah bahwa orang tua dan guru memasukkan unsur penghargaan dan hukuman sebagai hasil dari kesusksesan atau kegagalan seorang siswa menyelesaikan tugas. Sehingga inisistiaf belajar siswa berkurang, hanya tergantung dari penghargaan dan hukuman. Ada baiknya seornag guru mampu memberikan ’penghargaan’ kepada siswa yang telah melalui sebuah proses yang baik meskipun pada akhirnya murid tersebut belum mampu menyelesaikan tugas tersebut. Dalam hal ini saya ingin sekali mencermati istilah ’remedial’ yang telah menjadi dogma, menjadi sesuatu yang baru. Seorang pembelajar yang mandiri, dapat memberikan pengahragaan dan hukuman terhadap dirinya sendiri yang dilihat dari usahanya. Bekali siswa anda dengan kemampuan untuk berpikir dan biarkan ia menjadi sosok pembelajar yang mandiri.

Kesimpulan
  1. Dalam kehidupan modern ini, pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial lama-kelamaan hanya menjadi slogan belaka.
  2. Bruner mengatakan bahwa suatu struktur pengetahuan berarti bahwa suatu pengetahuan tersebut harusnya dapat dipelajari oleh semua orang dari semua umur dengan cara yang paling sederhana.
  3. Bruner menyarankan bahwa seorang guu sebaiknya mampu memainkan peran subversif dalam rangka mengarahkan siswa untuk berani mengeksplor alternatif.