Kamis, 29 Desember 2011

MUTU LAYANAN SEKOLAH MENENGAH ATAS


Unib warna










MUTU LAYANAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
(Studi Korelasi antara Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite dengan Mutu Layanan Sekolah Menengah Atas Negeri di Kecamatan Tebing Tinggi)

                                                   

ARTIKEL

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan





Oleh

Indra Oktaviro
NPM. A2k009247






PROGRAM STUDI
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011

Judul  :       MUTU LAYANAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
(Studi Korelasi antara Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite dengan Mutu Layanan Sekolah Menengah Atas Negeri di Kecamatan Tebing Tinggi)


Nama   :Indra Oktaviro/NPM. A2k009247
Prodi   : MMP UNIB



ABSTRACT

THE SCHOOL QUALITY SERVICES
(Studying The Correlation The Head Master Profesional Ability And The School  Committees Participation To The High School Quality Services In Tebing Tinggi District)
 

Idra Oktaviro

The objective of research is to find out the high school quality services as a studying the correlation between the head master professional ability and school committees participation to the high school quality services in Tebing Tinggi district at Empat Lawang region.  The population of the research were 23 teachers. The method of this research was survey by using correlation approach and the sample of this research was one hundred seven teachers and there were taken by using stratified proportional random sampling technique. The data were collected by using a set of questionnaires. The data were analyzed by using descriptive and inferential statistics. The results show that, there was a positive correlation between . The Head Masters Professional Ability to The High School Quality Services. Second, the was   a positive correlation between The School Commitees Participation to the High School Quality Services. Third, there was a positive correlation the head masters professional ability and the school commitees participation to the high school quality services. The coefficient of correlation were r.y.1 = 0,683. Second, the was positive correlation between teachers  satisfaction with the effectiveness of classroom management . The coefficient of correlation was r.y.2 = 0,345. Third, there was a positive correlation the head masters professional ability and the school commitees participation to the high school quality services. The coefficient of correlation was r.y.12= 0,1396.

Key words: The high quality services, the head masters profesional ability and the school committees participation.




A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Untuk melaksanakan tugas yang rumit dan banyak tersebut, diperlukan seorang kepala sekolah yang profesional. Satu hal yang perlu disadari bahwa menjadi kepala sekolah yang profesional merupakan satu hal yang tidak mudah. Banyak hal yang harus dipahami, dipelajari, maupun dikuasai, untuk itu diperlukan keahlian kepemimpinan. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sekolah yang efektif penuh tanggung jawab akan mampu melaksanakan tugas kepala sekolah dengan baik dan pada akhirnya mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebaliknya kepemimpinan yang tidak efektif akan menyebabkan tidak berhasilnya sebagian atau bahkan tugas kepala sekolah itu sendiri, dan akhirnya menyebabkan tidak tercapainya sebagian atau seluruh tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah merupakan personel pendidikan yang memiliki peran besar dalam mencapai keberhasilan pengelolaan sekolah. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang didalamnya termasuk pula kepribadian, keterampilan dalam menangani masalah yang timbul di sekolah, kemampuan dalam menjalin hubungan antar manusia serta gaya kepemimpinan situasional sangat menentukan dan memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas proses belajar mengajar di sekolah. Dalam hal ini keberhasilan kepala madrasah dalam memimpin madrasah tampak dari apa yang dikerjakannya. Hal ini penting untuk dikedepankan karena apa yang dikerjakan kepala sekolah melalui kebijaksanaan yang telah ditetapkan akan dipengaruhi kondisi fisik dan psikis guru dan karyawan lainnya.
Kepala sekolah sebagai pimpinan Sekolah memikul tanggung jawab yang amat besar untuk memenuhi harapan dari berbagai pihak yang terkait. Dengan mengemban tugas pokok Pendidikan Nasional, maka kepala sekolah dituntut untuk mampu mengarahkan, mengatur, memberi teladan anak buahnya untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Keberhasilan dan ketidakberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan sangat ditentukan oleh berhasil tidaknya kepala sekolah mengatur atau mengelola sekolah atau seluruh potensi sekolah agar berfungsi optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. Dengan demikian, Kepala sekolah bukan sekedar pelaksana atas berbagai kebijakan atasan, melainkan sebagai pemimpin profesional yang bertanggung jawab penuh dalam menjalankan manajemen sekolah demi tercapainya mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Sebesar 85% dari masalah perbaikan mutu adalah tanggung jawab manajemen. Kepemimpinan merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan sekolah agar mutu sekolah tetap terjaga dengan baik.
Mutu pelayanan pendidikan ditentukan oleh sekurang-kurangnya faktor sarana, prasarana, alat perlengkapan pembelajaran dan faktor guru. Faktor sarana prasarana dimaksud misalnya ruang belajar dan mebelnya yang memenuhi syarat. Alat perlengkapan pembelajaran yang digunakan gur seperti media belajar, alat peraga dan lainnya cukup tersedia. Sedang faktor kepala sekolah dan guru harus memiliki profesionalisme dan kesejahteraan yang cukup agar tidak berhati bimbang dalam mengelola sekolah dan mengajar. Apabila sudah terpenuhi, maka mutu pelayanan pendidikan akan dapat terimplementasikan yang tentunya siswa akan dapat menikmati proses pembelajaran yang menyenangkan.
2. Rumusan Masalah
Secara umum rumusan masalahnya adalah Apakah terdapat hubungan antara profesional kepala sekolah dan peran komite sekolah dengan mutu layanan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang?”. Rumuskan permasalahan secara khusus sebagai berikut; 1. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan professional kepala sekolah dengan mutu layanan SMA di kecamatan Tebing Tinggi? 2. Apakah terdapat hubungan antara peran komite sekolah dengan mutu layanan SMA di kecamatan Tebing Tinggi? ; dan 3. Apakah terdapat hubungan antara profesional kepala sekolah dan peran komite sekolah dengan mutu layanan SMA di kecamatan Tebing Tinggi?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. untuk mengetahui hubungan kemampuan profesional kepala sekolah dengan mutu layanan SMA di Kecamatan Tebing Tinggi; 2. Untuk mengetahui hubungan peran komite sekolah dengan mutu layanan SMA di Kecamatan Tebing Tinggi; dan 3. Untuk mengetahui mengetahui kemampuan professional kepala sekolah dan peran komite sekolah dengan mutu layanan SMA di Kecamatan Tebing Tinggi.
B. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan hubungan (korelasi) antara  kemampuan professional kepala sekolah dan partisipasi komite sekolah dengan mutu layanan Sekolah Menengah Atas (SMA). Berpedoman pada tujuan maka metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode yang menggambarkan apa yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta atau kejadian-kejadian pada objek yang diteliti, untuk kemudian diolah menjadi data dan selanjutnya dilakukan suatu analisis sehingga pada akhirnya dihasilkan suatu kesimpulan
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dipilih secara purposive sampling atau berdasarkan tujuan. Menurut  Sukardi (2004: 64) teknik purposive sampling digunakan untuk menentukan seseorang menjadi sampel atau tidak yang didasarkan pada tujuan tertentu.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket, dan dokumentasi.
4. Teknik Analisis Data
Analisis terhadap data yang terkumpul berkaitan dengan sistem penerimaan siswa baru sekolah unggul dilakukan dengan analisis kuanlitatif deskriptif melalui model interaktif yang dikembangkan Milles dan Huberman (1984: 23).

C. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil penelitian
Hubungan antara dua variabel bebas yaitu Kemampuan Profesional Kepala Sekolah (X1) dan Partisipasi Komite (X2) dengan satu variabel terikat yaitu Mutu Layanan Sekolah (Y) yang dianalisis dengan menggunakan Pearson Product Moment menghasilkan sejumlah koefisien korelasi yaitu ry.1, ry.2, dan ry12.
     Koefisien korelasi ry.1 adalah  0,683 untuk variabel (X1) dengan variabel (Y), korelasi kedua variabel menunjukkan hasil yang signifikan. Akan tetapi Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dalam meningkatkan Mutu Layanan Sekolah hanya sebesar  46,7%.
     Koefisien korelasi ry.2 adalah 0,316 untuk variabel (X2) dengan variabel (Y), korelasi kedua variabel menunjukkan hasil yang signifikan. Akan tetapi Partisipasi Komite dalam meningkatkan Mutu Layanan Sekolah hanya sebesar 9,99%.
     Koefisien korelasi  ry12 adalah 0,5413 untuk variabel (X1) dan variabel (X2) secara bersama-sama dengan variabel (Y), korelasi ketiga variabel menunjukkan hasil yang signifikan. Akan tetapi Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite secara bersama-sama dalam meningkatkan Mutu Layanan Sekolah sebesar 8,59%.
     Hasil perhitungan masing-masing variabel bebas tersebut, Kemampuan Profesional Kepala Sekolah yang ditampilkan oleh guru SMA Negeri Kota Bengkulu dalam menjalankan tugasnya untuk menciptakan Mutu Layanan Sekolah tidak terlalu besar, bila hasil korelasi hanya 46,7%. Hal ini berarti, bahwa Mutu Layanan Sekolah tidak selalu tergantung dengan Kemampuan Profesional Kepala Sekolah. Demikian juga sumbangan Partisipasi Komite terhadap Mutu Layanan Sekolah hanya sebesar 9,99%, artinya juga bahwa Mutu Layanan Sekolah tidak selalu tergantung dengan Partisipasi Komite.
     Hasil korelasi secara bersama-sama kedua variabel bebas (X1 dan X2) dengan variabel (Y) adalah r y1.2 = 0,5413. Hasil pengujian koefisien korelasi kedua variabel bebas dengan variabel terikat adalah signifikan. Dari hasil korelasi, setelah dihitung korelasi determinasinya diperoleh hasil sebesar 54,13 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite secara bersama-sama tidak terlalu besar signifikansinya.
     Meskipun demikian, sekecil apapun  sumbangan Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite terhadap Mutu Layanan Sekolah tetap diperlukan dan perlu terus ditingkatkan. Bila dalam kajian penelian yang dilakukan oleh Sijde dalam Shalahuddin (2005: 106)  dinyatakan bahwa iklim sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa dan tingkah  laku siswa, maka dari penelitian ini ternyata iklim sekolah juga mempengaruhi Mutu Layanan Sekolah walaupun relatif kecil. Dengan demikian maka penciptaan iklim sekolah yang kondusif menjadi suatu kondisi yang harus terjadi agar siswa dan guru dapat secara optimal mengembangkan potensi dirinya, sehingga kualitas pendidikan yang dicita-citakan menjadi suatu kenyataan.Sementara itu dalam kajian penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2005:94) menyatakan bahwa  Mutu Layanan Sekolah dapat ditingkatkan dengan cara meningkakan disiplin dan motivasi kerja guru tersebut dalam mengembangkan program kerjanya. Dengan demikian peningkatan  kerja guru antara lain dengan melibatkan guru dalam membuat suatu keputusan, dibiasakan untuk ikut bertanggung jawab atas segala bentuk hasil kerjanya, menciptakan iklim kerja yang harmonis, menghindari perilaku sikap negatif dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.Menurut hasil penelitian Ruslili (2005: 115) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara penilaian guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama dengan Mutu Layanan Sekolah. Dengan demikian, makin tinggi penilaian guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru maka makin tinggi Mutu Layanan Sekolah.
Dengan demikian Kemampuan Profesional Kepala Sekolah dan Partisipasi Komite sangat berhubungan dengan upaya penciptaan dan pengembangan Mutu Layanan Sekolah, hubungan tersebut baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.

D. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara Kemampuan professional Kepala Sekolah dengan Mutu Layanan Sekolah. Keduanya berjalan dengan stimultan. Artinya semakin professional Kepala Sekolah maka Mutu Layanan Sekolah akan semakin Baik dan memuaskan pemakai layanan sekolah; 2.   Terdapat hubungan yang signifikan antara Partisipasi Komite sekolah dengan Mutu layanan Sekolah. Keduanya berjalan dengan stimultan. Artinya semakin kondusif partisipasi Komite Sekolah maka Mutu Layanan Sekolah akan semakin Baik dan memuaskan pemakai layanan sekolah; dan 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara Kemampuan Profesional Kepala sekolah dan Mutu Layanan Sekolah secara bersama-sama dengan Mutu Layanan Sekolah.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka ada beberapa saran yang perlu diperhatikan, yaitu 1. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa mutu layanan sekolah dapat ditingkatkan apabila kemampuan professional kepala sekolah baik. Disamping itu mutu layanan sekolah juga akan meningkat apabila peranan komite dalam berpartisipasi membantu pengembangan sekolah memperhatikan kesejahteraan guru. Hasil penelitian ini mengisyaratkan supaya pimpinan sekolah dan guru memilki kerjasama dengan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang berorientasi peningkatan mutu layanan pendidikan; dan 2. Data penelitian memperlihatkan masih banyak profesionalisme kepala sekolah dan komite sekolah rendah .Hal ini menunjukan bahwa sadar atau tidak sadar masih banyak kepala sekolah, guru memikisikap yang bertentangan dengan manfaaf mutu layanan sekolah dan kemampuan professional kepala sekolah serta peran komite sekolah




DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Depdiknas. 2007. Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. www.puskur.net/inc/si/PedSMBI.pdf

Kasan, Tholib. 2003. Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan. Jakarta : Studia Press

Milles, Mattehew B dan Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI Press

Moko, Murdiyat. 1997. IN: SM - Sekolah Unggul Cetak Pribadi Elitis?. Suara Merdeka. http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata /1997/03/17 /0076.

Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara


Sulipan. 2007. Manajemen Sekolah. TEDC Bandung. http://www.geocities.com/pengembangan_sekolah/kumpulan1.html

Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. www.depdiknas.go.id/publikasi/ brief/94-95-sis_diknas.htm


Orang Melayu dan budaya yang kurang baik

Orang Melayu dan budaya yang kurang baik

Penelitian tentang orang melayu yang berada di semenanjung malaya, singapura dan bsgisn utara Kalimantan Mahatir Muhammad kapan dan tempat lupa, seingat saya saya baca dari sebuah media juga lupa apa koran, majalah, yang jelas media tulisan.
  1. Orang Melayu suka tidur siang. apalagi sa'at segalanya berada pada kondisi cukup. contoh : saat menjual kelapa sawit dengan harga Rp 1000/KG sebanyak 1 Ton berarti uang yang dimiliki sebanyak Rp 1.000.000 kondisi inilah yang membuat ia tidur siang. semua kebutuhan utama untuk rumah tangga anak dan lain-lain cukup, andai sa'at tidur siang digunakan untuk merawat aset. atau membantu teman memanen sawitnya. setidaknya incomenya bertambah lebih dari satu juta rupiah dan Ia bisa menabung sa'at nya yang tepat tentu sedikit demi sedikit menambah aset kelapa sawit yang ia miliki.
  2. Orang Melayu bersedekah pada karena terpaksa. Contoh 1 : tidak ada rencana untuk bersedekah, tiba-tiba salah satu orang tua mereka meninggal karena serangan jantung pada malam harinya. esok hari sibuk dirumah mereka untuk persiapan persedekahan dengan menguras biaya yang lumayan banyak.Contoh 2 : Sedekah yang dilakukan karena membayar nazar, janji, semua karena terpaksa, bukan karena ikhlas.sehingga berkesan egois.
  3. Orang Melayu berpola hidup aneh, contoh : seorang ahli hukum bergelar SH (Sarjana Hukum) pekerjaan Pengacara, punya pendapatan baik secara ekonomi, punya mobil dan rumah mewah, rekening tabungan yang banyak, berpengetahuan dan berwawasan luas, memiliki pergaulan dari berbagai lapisan masyarakat, punya teman dari kalangan pengusaha dan pejabat, dan berpikir sangat logis, ternyata masih melakukan ritual bertarak (tidur dikuburan yang dikramatkan untuk mendapat wangsit dan sejenisnya) untuk membeli nomor togel (undian berhadiah). ritual atau upacara yang tidak sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dianut