Kamis, 30 Desember 2010

Kepemimpinan dan prilaku Organisasi

UJIAN AKHIR SEMESTER


                        NAMA                       : INDRA OKTAVIRO
NIM                            : A2KOO9247
Mata Kuliah/SKS      : Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi/3 SKS
Program Studi           : Prodi MAMP FKIP Unib
Dosen Penguji            : Prof Dr Bambang Sahono, M.Pd
Tanggal                      : 24 Desember 2010

Jawablah soal-soal dibawah ini dengan singkat dan jelas!

1.      Jelaskan makna dan fungsi komunikasi dalam suatu organisasi, dan berilah contoh kongkrit ?
Jawab :
Komunikasi Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.

Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal dan berlangung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering kali melibatkan juga diadik. Komunikasi interpersonal (antar pribadi) dan adakalanya juga komunikasi public. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi kebawah, komunikasi keatas dan komunikasi horizontal, sedangkan komunikasi informal tidak tergatung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gossip.

Fungsi-fungsi komunikasi
  1. Komunikasi social : mengisaratkan bahwa. Komunikasi itu penting untuk membangun
a.       konsep diri. Adalah pandangan kita tentang siapa diri kita, itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan kepada orang lain, kepada kita Aspek-aspek konsep diri seperti jenis kelamin, agama, kesukuan, pendidikan, pengalaman, rupa fisik, kita tanam kediri kita lewat pernyataan (umpan balik) orang lain dalam masyarakat yang menegaskan aspek=aspek tersebut dan ini dilakukan lewat komunikasi.
b.      Actualisasi diri, (Eksistensi-diri), adalah untuk menunjukkan dirinya eksis, bila kita berdiam diri orang lain akan memperlakukan kita seolah-olah kita tidak ada.pengamatan juga menunjukan bahwa bila seoorang anggota diskusi tidak berbicara sama sekali dan memilih tetap diam, orang lain akan menganggap si pendiam itu tidak ada sama sekali. Mereka tidak meminta si pendiam itu untuk memberikan komentar atau berbicara. Bila si pendiam memutuskan untuk berbicara. Oanggota lain sering bereaksi sipendiam itu mengganggu saja, memperhatikan sedikit, diharap si pendiam itu tidak berbicara. Respon kelompok yang demikian mungkin tidak akan terjadi bila sejak awal si pendiam membuat komentar. Dalam diskusi dan kemudian menunggu giliran untuk berbicara lagi. Dengan bersikap pasif si pendiam gagal menggunakan eksistensi dirinya.
c.       untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan memperoleh kebahagiaan, terhindar clad tekanan dan ketegangan. Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum dan memenuhi kebutuha psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih saying, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan iri hati dan kebencian. Melalui komunikasi. Kita dapat mengalami beberapa kwalitas perasaan itu dan membandingkannya antara prasaan satu dengan perasaan lainnya.
Komunikasi social mengisyaratkan bahwa komunikasi dilakukan untuk pemenuhan-diri untuk merasa terhibur, nyaman dan tenteram dengan diri sendiri dan juga orang lain. Dua orang dapat berbicara berjam-jam dengan topic yang berganti-ganti tampa mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pesan-pesan yang mereka pertukarkan mungkin hal-hal yang remeh, namun pembicaraan itu membuat keduanya merasa senang.

  1. Komunikasi Ekspresif adalah komunikasi yang dapat dilakukan sendirian atau dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak serta merta bertujuan mempengaruhi orang lain. Namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan dengan pesan-pesan nonverbal. Perasaan saying, peduli, rindu, symphaty, gembira, sedih, takut, prihaatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata. Namun untuk yang disampaikan lewat prilaku noverbal emosi dapat dilakukan dengan Puisi, lagu, tarian, lukisan, pemberian bunga dan drama.

  1. Komunikasi ritual adalah komunikasi yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup yang disebut para antropolog sebagai rites of passage. Mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun (nyanyi happy Birthday dan pemotongan kue), pertunangan (melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan (ijab Kabul, sungkem kepada orang tua, sawer dst), ulang tahun perkawinan hingga upacara kematian. Kini kegiatan olahragapun sudah menjadi komunikasi ritual. Misalnya Olimpiade, piala dunia sepakbola, PON. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-prilaku tertentu yang bersipat simbolik.

  1. Komunikasi instrumental. Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum : mengimformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan dan juga untuk menghibur. Bila diringkas kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasive). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasive dalam arti pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikan akurat dan layak untuk diketahui. Bahwa komunikasi yang menghibur (to entertain) pun secara tidak langsung membujuk khalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.



2.      Jelaskan dasar-dasar, factor kunci kekuasaan, dan perbedaan kekuasaan dan kepemimpinan!
Jawab :
Kekuasaan (Power) adalah Suatu kapasitas yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain sehingga orang tsb. melakukan apa yang mau tidak mau harus dilakukannya.
Pemimpin menggunakan kekuasaan sebagai alat untuk mencapai tujuan kelompok. Pemimpin mencapai tujuan dan kekuasaan merupakan suatu saran untuk memudahkan pencapaian tujuan tersebut.

Dasar-dasar atau Sumber-sumber Kekuasaan
-     Personal Power, terdiri dari :
1.   Reward :   Persepsi bawahan bahwa atasan adalah sumber pemberian hadiah jika bawahan melaksanakan tugasnya.
2.   Coersive :  Atasan dipersepsikan akan memberikan hukuman jika bawahan tidak melaksanakan tugas.
3.   Legitimate :   Persepsi bawahan bahwa atasan berhak memberikan tugas karena sesuai dengan posisinya.
4.   Referent :  Atasan dipersepsikan mempunyai hubungan dengan pejabat yang berpengaruh, sehingga bawahan mau melakukan tugas dengan harapan mendapat hubungan baik dari pejabat dimaksud.
5.   Expert ;   Persepsi bawahan bahwa atasan memiliki keahlian yang dibutuhkan bawahan untuk mencapai tujuan dan sasaran mereka.
6.   Information :   Persepsi bawahan bahwa atasan mempunyai informasi/jalur informasi yang berharga bagi mereka.
7.   Referent :    Persepsi bawahan bahwa berinteraksi dengan atasan sangat menyenangkan.

Proses-proses Kekuasaan
1. Adanya kepatuhan
2. Formasi Koalisi (sub kelompok dalam kelompok yang lebih besar)

Taktik Kekuasaan
Cara-cara yang ditempuh individu untuk menterjemahkan dasar-dasar kekuasaan menjadi tindakan-tindakan yang spesifik. :
1.      Legitimasi : Mengandalkan posisi kewenangan seseorang atau menekankan bahwa permintaan selaras dengan kebijakan atau ketentuan dalam organisasi
2.      Persuasi Rasional/Nalar : Gunakan fakta dan data untuk membuat penyajian gagasan yang logis atau rasional
3.      Seruan Inspirasional : Mengembangkan Komitmen emosional dengan cara menyerukan nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan aspirasi suatu sasaran.
4.      Konsultasi : Meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran dengan cara melibatkannya dalam memutuskan bagaimana rencana atau perubahan akan dilakukan.
5.      Negosiasi : Memberikan imbalan kepada target atau sasaran berupa uang atau penghargaan lain sebagai ganti karena mau mentaati suatu permintaan.
6.      Seruan Pribadi : Meminta kepatuhan berdasarkan persahabatan atau kesetiaan.
7.      Menyenangkan Orang Lain/Keramahan : Gunakan sanjungan, penciptaan kemauan baik, berlaku rendah hati, dan bersikap bersahabat sebelum mengemukakan suatu permintaan.
8.      Menyenangkan Orang Lain/Keramahan : Gunakan sanjungan, penciptaan kemauan baik, berlaku rendah hati, dan bersikap bersahabat sebelum mengemukakan suatu permintaan.
9.      Koalisi : Dapatkan dukungan orang-orang lain dalam organisasi untuk mendukung permintaan itu.
10.  Tekanan/Sanksi : Gunakan hukuman yang ditentukan oleh organisasi seperti misalnya mencegah atau menjanjikan kenaikan gaji, mengancam untuk memberikan penilaian kinerja yang tidak memuaskan atau menahan suatu promosi.

Perubahan-perubahan dalam power holder:
1. Memperlebar jarak sosial antara dirinya dengan orang lain yang tidak punya power
2. Yakin bahwa yang nonpowerful tidak dapat dipercaya dan butuh “waskat” (pengawasan yang ketat)
3. Tidak menilai pekerjaan dan kemampuan dari orang yang kurang berkuasa

Perubahan-perubahan ketika powerless:
a. pasif dan menerima situasi
b. memberontak akan ketidaksamaan dan berusaha mendapatkan persamaan struktur
c. berusaha meningkatkan power secara tertutup dengan koalisi
d. menarik diri secara total dari kelompok

Perbedaan Pemimpin dengan kekuasaan
1. Kompabilitas Tujuan
Kekuasaan : tidak menuntut kompatibilitas, hanya ketergantungan
Kepemimpinan : menuntut suatu kesesuaian antara tujuan atasan dengan bawahan.
2. Arah Pengaruh
Kepemimpinan berfokus pada pengaruh ke bawah, kepada bawahannya.
Kekuasaan : Pengaruh diterapkan kesemua arah, atas, samping dan bawah.


  1. Faktor-faktor apa yang menentukan keberlangsungan budaya organisasi, jelaskan dengan memberikan contoh kongkrit!
          Jawab :
          

Budaya organisasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.

Budaya organisasi sebagai istilah deskriptif

Budaya organisasi berkaitan dengan bagaimana karyawan memahami karakteristik budaya suatu organisasi, dan tidak terkait dengan apakah karyawan menyukai karakteristik itu atau tidak. Budaya organisasi adalah suatu sikap deskriptif, bukan seperti kepuasan kerja yang lebih bersifat evaluatif.
Penelitian mengenai budaya organisasi berupaya mengukur bagaimana karyawan memandang organisasi mereka:
Sebaliknya, kepuasan kerja berusaha mengukur respons afektif terhadap lingkungan kerja, seperti bagaimana karyawan merasakan ekspektasi organisasi, praktik-praktik imbalan, dan sebagainya.

Asal muasal budaya organisasi

Ingvar Kamprad, pendiri IKEA. Sumber dari budaya organisasi yang tumbuh di IKEA adalah pendirinya.
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya.
Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi. Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara. Pertama, pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan dengan mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara pikir dan berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri dan, dengan demikian, menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi.

Karakteristik budaya organisasi

Penelitian menunjukkan bahwa ada tujuh karakteristik utama yang, secara keseluruhan, merupakan hakikat budaya organisasi.
  • Inovasi dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.
  • Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, d perhatian pada hal-hal detail.
  • Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
  • Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
  • Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang pada indvidu-individu.
  • Keagresifan. Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
  • Stabilitas. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.

Nilai dominan dan subbudaya organisasi

Budaya organisasi mewakili sebuah persepsi yang sama dari para anggota organisasi atau dengan kata lain, budaya adalah sebuah sistem makna bersama.[6] Karena itu, harapan yang dibangun dari sini adalah bahwa individu-individu yang memiliki latar belakang yang berbeda atau berada di tingkatan yang tidak sama dalam organisasi akan memahami budaya organisasi dengan pengertian yang serupa.[6]
Sebagian besar organisasi memiliki budaya dominan dan banyak subbudaya.[7] Sebuah budaya dominan mengungkapkan nilai-nilai inti yang dimiliki bersama oleh mayoritas anggota organisasi[7]. Ketika berbicara tentang budaya sebuah organisasi, hal tersebut merujuk pada budaya dominannya, jadi inilah pandangan makro terhadap budaya yang memberikan kepribadian tersendiri dalam organisasi.[8] Subbudaya cenderung berkembang di dalam organisasi besar untuk merefleksikan masalah, situasi, atau pengalaman yang sama yang dihadapi para anggota.[7] Subbudaya mencakup nilai-nilai inti dari budaya dominan ditambah nilai-nilai tambahan yang unik.[7]
Jika organisasi tidak memiliki budaya dominan dan hanya tersusun atas banyak subbudaya, nilai budaya organisasi sebagai sebuah variabel independen akan berkurang secara signifikan karena tidak akan ada keseragaman penafsiran mengenai apa yang merupakan perilaku semestinya dan perilaku yang tidak semestinya.[2] Aspek makna bersama dari budaya inilah yang menjadikannya sebagai alat potensial untuk menuntun dan membentuk perilaku.[2] Itulah yang memungkinkan seseorang untuk mengatakan, misalnya, bahwa budaya Microsoft menghargai keagresifan dan pengambilan risiko dan selanjutnya menggunakan informasi tersebut untuk lebih memahami perilaku dari para eksekutif dan karyawan Microsoft.[9] Tetapi, kenyataan yang tidak dapat diabaikan adalah banyak organisasi juga memiliki berbagai subbudaya yang bisa mempengaruhi perilaku anggotanya.[2]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar